March 6, 2007
Merancang Anggaran Liburan
Oleh: Elvyn G Masassya,
praktisi keuangan
KOMPAS, 30 Mei 2005
COBA tanyakan secara jujur pada diri Anda, apakah selama ini Anda selalu merencanakan liburan dan menyiapkan anggaran untuk membiayai liburan tersebut sejak jauh-jauh hari?
Mungkin sebagian dari Anda menjawab ya. Akan tetapi, tidak sedikit yang barangkali mengatakan tidak. Kenapa? Karena bagi beberapa kalangan, liburan adalah hal biasa yang kapan saja bisa dilakukan.
Hal semacam itu bisa terjadi bagi orang-orang yang sudah tergolong dalam kelompok financial freedom. Akan tetapi, bagaimana dengan kalangan lain, di mana untuk membiayai aktivitas kehidupannya masih membutuhkan adanya pendapatan? Ceritanya jelas berbeda.
Aktivitas berupa liburan membutuhkan biaya yang belum tentu tersedia setiap saat. Oleh karena itu, untuk mendapatkan dana yang cukup dalam rangka membiayai liburan perlu dibuatkan perencanaan. Dengan kata lain, menyiapkan dana untuk berlibur pada dasarnya merupakan bagian dari tujuan keuangan yang membutuhkan perencanaan keuangan. Bagaimana konkretnya?
Galibnya, setiap orang memiliki penghasilan. Dari seluruh penghasilan yang dimiliki akan dialokasikan paling tidak untuk tiga kegiatan, yakni konsumsi, saving, dan investasi. Tujuan saving untuk berjaga-jaga, sementara tujuan investasi agar uang bisa bekerja dan kemudian memberikan return sehingga aset semakin bertumbuh dan dapat digunakan mencapai tujuan keuangan tertentu melalui investasi tersebut. Sedangkan konsumsi adalah pengeluaran yang sifatnya mendasar dan tidak bersifat produktif.
Lalu bagaimana dengan liburan? Coba jawab lebih dahulu, apakah berlibur merupakan kegiatan produktif atau konsumtif? Apakah berlibur akan memberikan return dalam bentuk moneter atau tidak?
Secara umum, berlibur membutuhkan uang untuk dibelanjakan. Artinya, murni pengeluaran. Itu berarti, liburan sebenarnya merupakan kegiatan konsumtif. Benar, dengan berlibur, pada gilirannya, seseorang mungkin akan merasa lebih segar dan kemudian bisa bekerja lebih produktif. Namun, ini adalah implikasinya. Sementara kegiatan berlibur sendiri membutuhkan biaya. Mengingat kegiatan berlibur merupakan tindakan konsumtif, perencanaan keuangan untuk mendapatkan dana berlibur harus masuk dalam kategori pengelolaan dana yang peruntukannya konsumtif.
Sederhananya, kalau dari 100 persen penghasilan Anda sebesar 70 persen dialokasikan untuk hal konsumtif, Anda harus menyisihkan secara rutin sebagian dari yang 70 persen itu sebagai sumber dana untuk membiayai liburan. Seperti apa jelasnya?
TENTUKAN lebih dulu ke mana Anda akan berlibur? Kapan liburan tersebut akan dilaksanakan? Siapa saja yang menjadi peserta liburan? Berapa lama liburan akan berlangsung? Bagaimana dengan transportasi serta akomodasi dalam liburan tersebut? Dan terakhir, berapa besar pula uang saku yang Anda perlukan untuk belanja, makan, dan sebagainya?
Umpamakan Anda akan berlibur pada akhir tahun ini. Tujuan liburan Anda ke Bali dan yang akan ikut berlibur adalah pasangan beserta anak-anak Anda. Lamanya liburan satu minggu. Anda ingin menginap di hotel bintang lima dan menggunakan pesawat terbang menuju Bali.
Setelah semua itu dipastikan, buat perkiraan berapa dana yang dibutuhkan. Sebutlah, total dana yang dibutuhkan sekitar Rp 12 juta. Itu berarti pada akhir tahun nanti, pada saat Anda akan berlibur, paling tidak sudah tersedia dana sebesar itu.
Bagaimana penyiapan dana tersebut? Sederhana. Anda harus mampu menyisihkan paling tidak Rp 2 juta sebulan sehingga dalam enam bulan terkumpul dana sebesar Rp 12 juta.
Pertanyaan berikutnya, dari mana sumber dana Rp 2 juta sebulan?
Sisihkan dari dana yang Anda alokasikan untuk konsumsi. Artinya, jika penghasilan Anda Rp 10 juta sebulan, dan untuk konsumsi sebesar Rp 7 juta atau 70 persen, sejak bulan Juni nanti dana yang bisa Anda pergunakan untuk konsumsi sehari-hari tinggal Rp 5 juta.
Mungkin Anda akan mengatakan, secara teori hal tersebut sangat mudah, namun dalam praktik sulit dilakukan mengingat kemungkinan Anda ingin berlibur pada bulan Juni ini karena berbarengan dengan liburan anak sekolah.
Apa yang mesti dilakukan? Bagaimana, misalnya, menggunakan kartu kredit?
Boleh saja, asalkan, pada bulan berikutnya Anda mampu menyisihkan sebesar Rp 2 juta setiap bulannya dari penghasilan yang dialokasikan untuk konsumsi menjadi angsuran kartu kredit. Jadi prinsipnya, sepanjang Anda memiliki kemampuan untuk menyisihkan pendapatan, maka penggunaan kartu kredit dapat dipertimbangkan.
Bagaimana jika kemampuan keuangan Anda tidak memungkinkan untuk mengalokasikan Rp 2 juta sebulan?
Katakanlah, kemampuan Anda hanya Rp 1 juta per bulan? Ada dua pilihan. Pertama, tunda liburan Anda menjadi tahun mendatang. Dengan kata lain, Anda akan tetap mengumpulkan dana sebesar Rp 12 juta, namun pelaksanaan liburan baru bisa dilaksanakan 12 bulan mendatang. Kedua, turunkan biaya liburan Anda menjadi hanya Rp 6 juta, jika Anda tetap ingin berlibur pada akhir tahun ini. Namun konsekuensinya, Anda juga mesti melakukan "pemangkasan" dalam aktivitas liburan Anda. Misalnya, jangka waktu liburan diperpendek, akomodasi diturunkan menjadi hotel bintang dua-tiga, transportasi juga diubah menjadi, misalnya, menggunakan kereta api.
Dari paparan di atas, jelas liburan pada dasarnya bisa dilakukan oleh siapa saja, namun mesti direncanakan sejak dini dan penyiapan dananya harus menjadi salah satu tujuan keuangan. Tanpa perencanaan, biasanya liburan bukannya berbuah kesegaran, melainkan menimbulkan masalah keuangan baru, berupa utang yang menumpuk. Pada gilirannya kondisi ini bukan membuat Anda menjadi lebih produktif, melainkan stres berkepanjangan memikirkan utang.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment