March 26, 2007

Keagungan Situs Megalitik Gunung Padang

Pikiran Rakyat
Jumat, 20 Januari 2006
Oleh BUDI BRAHMANTYO



ADALAH seorang pangeran kelana pencari ilmu dari Kerajaan Sunda pada sekira akhir abad ke-15, pernah menjelajahi Pulau Jawa dan mengunjungi tempat-tempat keramat sepanjang pantai utara, menyeberang ke Pulau Bali, dan kembali ke Jawa Barat melalui jalur selatan. Pengelanaan sang pangeran kelana berjulukan Bujangga Manik itu, harus kita akui sebagai aktivitas wisata/penjelajahan pertama yang tercatat di nusantara oleh pribumi Sunda.

Secara luar biasa, ia mencatat lebih kurang 450 nama geografis yang masih banyak dapat dikenal hingga sekarang. Catatan dalam lembar-lembar lontar yang sekarang tersimpan di Museum Bodleian, Oxford, Inggris itu, diakhiri dengan suatu persiapan perjalanan spiritualnya ke Nirwana, di suatu tempat kebuyutan yang ditemukannya di hulu Sungai Cisokan, Cianjur.

Dari beberapa penggalan sajaknya, di antaranya ia menulis sebagai berikut,

Eta hulu na Ci Sokan neumu lemah kabuyutan/ na lemah nalingga manik/ teherna dek sri maliput/ ser mangun nalingga payung/ nyanghareup ka Bahu Mitra/ ku ngaing geus dibabakan/ dibalay diundak-undak/ dibalay sakulilingna/ ti handap ku mungkal datar/ ser mangun ku mungkal bener/ ti luhur ku batu putih / diawuran manik asra/ carenang heuleut-heuleutna/ wangun tujuh guna aing / padanan deung pakayuan dan seterusnya.

Walaupun belum ada kepastian di mana kebuyutan di hulu Cisokan yang disebut Bujangga Manik itu, tetapi di hulu daerah aliran sungai Cisokan-Cikondang, Cianjur, satu-satunya tempat kebuyutan adalah Situs Gunung Padang. Situs tersebut merupakan suatu "bangunan" yang disusun dari tumpukan kolom-kolom bebatuan yang dibangun berundak-undak, berada di puncak bukit kecil yang dikenal sebagai Gunung Padang.

Situs Megalitik Gunung Padang yang terletak di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur dipercayai oleh para ahli Arkeologi sebagai situs Megalitik terbesar di Asia Tenggara. Pusaka budaya prasejarah di Provinsi Jawa Barat yang sangat potensial menjadi tujuan wisata budaya dan ekowisata ini, sayangnya kurang terawat dengan baik. Selain itu, jarak yang cukup jauh dari jalan negara Cianjur-Sukabumi (20 km lebih) dengan akses sempit berliku-liku dan beraspal tipis yang mudah hancur oleh satu kali musim hujan, menjadi kendala pertama para calon pelancong.

Mendekati lokasi situs, kendala lain sudah menghadang pula, tidak adanya penunjuk arah menuju lokasi situs, dan jalan perkebunan teh yang rusak atau berlapis batu tajam. Menyadari banyaknya kendala pengembangan di balik potensi wisata yang luar biasa ini, Balai Pengelolaan Purbakala dan Nilai-nilai Sejarah Tradisional Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat, pernah mengadakan kegiatan positif berupa "Bakti Wisata" yang diikuti oleh masyarakat dan mahasiswa. Kegiatan itu, diharapkan dapat merintis pengembangan ke arah wisata yang lebih baik dan menarik perhatian serius penanganan situs yang menjadi jalur budaya Megalitik Asia-Pasifik ini (Pikiran Rakyat, 26 Mei 2005).

Tetapi, bagi para pelancong yang ingin mendapatkan nilai lebih dari aktivitas berwisatanya, rasanya kendala tersebut justru menjadi bagian dari perjalanannya yang akan menjadi catatan pengalaman yang mengasyikkan.

Batu Andesit Basaltis

Situs arkeologi ini, sebenarnya sangat menarik pula jika dipandang dari sudut geologi. Hal ini karena batu penyusun konstruksi situs, dari segi geologi mempunyai cara terbentuk yang khusus. Selain itu, secara geografis, posisi Gunung Padang terhadap gunung-gunung lain di sekitarnya, terutama Gunung Gede, mungkin dijadikan kriteria pemilihan bukit oleh arsitek prasejarah pembangun situs ini.

Jika kita telah mencapai situs ini, kesan keagungan dan kehebatan masyarakat purbakala langsung menyergap suasana. Perasaan ini begitu kuat ketika sampai di pelataran pertama setelah mendaki tangga-tangga batu setinggi lebih kurang 30 meter dengan kemiringan hampir 40 derajat. Batu-batu berbentuk kolom poligonal ini, dipasang melintang sebagai tangga sejak kaki bukit. Di puncak bukit, pada pelataran pertama, pintu gerbangnya diapit kolom batu berdiri, sehingga benar-benar seperti suatu tempat check in.

Di pelataran undak pertama, kita dibuat takjub oleh karya leluhur kita. Betapa tidak, hampir seluruh konstruksi situs ini, disusun dari kolom-kolom batu. Banyak kolom batu mempunyai dimensi poligonal segi lima atau enam dengan permukaan yang halus. Orang awam, bisa terkecoh menganggap batu-batu ini adalah buatan tangan manusia dengan cara ditatah, padahal, secara geologis, proses alamiah bisa membentuk kolom batu yang berpermukaan halus dengan sendirinya.

Kolom batu poligonal terbentuk ketika aliran magma membeku. Sama halnya dengan terbentuknya retakan-retakan poligonal ketika lumpur mengering. Begitu pula yang terjadi pada cairan magma yang mengalir ke luar permukaan bumi sebagai aliran lava. Ketika membatu, proses-proses fisik akan membentuk suatu retakan-retakan pendinginan berbentuk kolom-kolom poligonal tersebut.

Proses demikian, adalah proses yang sama yang membentuk tangga-tangga segi enam raksasa di Irlandia yang terkenal sebagai The Giant Causeway, atau kolom-kolom tinggi di Devil's Tower di Ohio, Amerika Serikat, atau kolom batu yang menghiasi dinding-dinding galian batu di G. Selacau dan Lagadar, Cimahi Selatan. Semuanya terjadi pada saat proses pendinginan lava menjadi batuan beku yang umumnya berjenis batu andesit atau basaltis.

Di Gunung Padang, batu-batu yang berwarna abu-abu gelap ini, berjenis andesit basaltis. Gunung Padang diperkirakan merupakan hasil pembekuan magma pada lingkungan sisa-sisa gunung api purbakala berumur Pleistosen Awal, sekira 21 juta tahun yang lalu. Keberadaan sumber alamiah kolom batu penyusun konstruksi situs, dapat dikenali jika kita mengamati kaki bukit di mana kolom-kolom batu alamiah yang bukan berasal dari reruntuhan situs, masih berserakan.

Dengan sangat cerdas, arsitek Megalitik yang diperkirakan hidup sekira 2.000 - 1.000 tahun yang lampau, telah memilih tempat yang cocok dari sisi ketersediaan sumber daya batu in-situ.

Mengarah ke Gunung Gede

Ketakjuban kita terhadap hasil karya para leluhur masyarakat Jawa Barat purbakala itu, akan semakin bertambah ketika kita terus mengamati susunan batu demi batu, serta lingkungan sekitarnya. Sang arsitek telah memilih bukit ini, mungkin dengan survei lama dan penjelajahan yang sangat jauh. Pemilihan bukit sedemikian rupa, sehingga selain adanya sumber batu yang tersedia untuk membangun tempat pemujaan ini, arah memanjang situs begitu tepat menghadap ke arah Gunung Gede (elevasi 2.958 m)!

Persis arah 10 derajat utara-barat pada kompas, panjang situs tepat mengarah ke gunung yang memang telah menjadi gunung kebuyutan dan dianggap suci dan sakral oleh masyarakat Kerajaan Pajajaran. Gunung Gede, mungkin juga di anggap sama suci dan sakralnya oleh masyarakat zaman Megalitik.

Menariknya, dengan latar belakang Gunung Gede yang jauh di utara, situs ini juga menghadap terlebih dahulu pada satu bukit yang bernama Pasir Pogor di depannya.***

Penulis, pencinta pusaka alam dan budaya leluhur, anggota Kelompok Riset Cekungan Bandung, staf pengajar di Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral, ITB, KK Geologi Terapan.

Visitors have fun with 'Angklung'


The Jakarta Post.com
June 12, 2005

T. Sima Gunawan, Contributor, Bandung

Clad in colorful traditional costumes, dozens of children and teenagers cheerfully sing while playing unique bamboo musical instruments called angklung. Beautiful sounds fill the air, mesmerizing the audience who clap their hands in rhythm to the music.

At the end of the show, they dance together in a happy atmosphere, sharing a moment that will no doubt become an unforgettable memory.

"That's amazing. I've never heard such unique music," said Andre, a tourist from Germany.

He was one of some 40 tourists, mostly foreigners, who watched the show at Saung Angklung Udjo Sundanese Art and Bamboo Craft Center in Bandung, one of the most important tourist places in West Java.

Another Western tourist, who got a chance to dance with a toddler, seemed to be so impressed that she spontaneously took some gifts out of her bag and gave them to the little girl and her friends, while a Japanese woman asked the young artists to pose with her for a series of photo sessions.

The performance at Saung Angklung Udjo begins with a wayang golek (wood puppet) demonstration. It only lasts a few minutes, which is very short compared to the real wayang golek show that usually takes more than seven hours to perform.

The audience also learns something about traditions here with the young artists performing a khitanan (circumcision) show. In the village, there is a tradition where young boys who have just been circumcised will be entertained by children with dancing and singing accompanied by angklung music.

A mask dance and an arumba (bamboo music played in a band formation) show are performed, too.

The highlight of the whole presentation is, of course, the angklung recital. Angklung are played by shaking the instrument, and they produce beautiful sounds in harmony. The songs vary, from traditional ones like Burung Kakaktua from Maluku, to Do Re Mi (a song of The Sound of Music), and Tulpen oit Amsterdam (Tulips from Amsterdam).

The audience is invited to participate by playing along with angklung. They can even bring home a set of angklung as the musical instruments are available at the souvenir shop. Other merchandise on offer includes wayang golek, CDs of angklung music, and various bamboo handicrafts.

Saung Angklung Udjo Sundanese Art and Bamboo Craft Center (saung means thatch-roofed pavilion with no walls, like an open gazebo) is situated on a 1.5 hectare plot of land on Jl. Padasuka in the Cicaheum area. It was established in 1967 by Udjo Ngalagena (1929-2001), and his wife Uum Sumiati to increase public appreciation of the traditional art. Udjo was a student of Daeng Soetigna, the angklung master who created the do-re-mi tones for angklung in 1938.

The concept of angklung is 5-M; Mudah (easy), Murah (cheap), Mendidik (educating), Menarik (interesting) and Masal (for the masses, or common people). In other words, the center is aimed at providing an alternative musical education by means of low-priced bamboo musical instruments that can be easily learned, and that involve a lot of people who can produce an interesting show.

Saung Angklung Udjo, which won the PATA Gold Award in Jeyu, South Korea last year, has so far taught more than 1,000 students. Today there are some 150 students here. Interestingly, the parents and relatives of many students used to learn at the art center, too.

"My parents used to perform here," said Ika, 14. "And now me, my two siblings and some of my nieces and nephews learn here."

A master of ceremony at Saung Angklung Udjo, Cathy, is a student at the Padjadjaran University whose mother was also Udjo's student.

Considering the importance of interaction with the audience, students learn not only traditional songs from various parts of the country, but also some popular foreign songs as well as classical music. They also learn how to greet guests in English, German, Dutch and French.

The daily performance is held from 3:30 to 5:30 p.m. Entrance tickets for the regular show are Rp 25,000 for locals and Rp 35,000 for foreigners.

The business has been much affected by the ups and down of the country's tourist industry. Due to the tragedy of the Bali bombings in 2002, Saung Angklung Udjo experienced a really hard time. Today, it is doing well, as seen in the number of performances that are held everyday.

"Now, we perform three or four times a day," said Cathy. "In the morning, the shows are usually for kindergarten children and high school students."


Saung Angklung Udjo,
Jl. Padasuka 118, Bandung. Tel. (62) (22) 727 1714, 720 1587.
Daily performance: 3:30 p.m.- 5:30 p.m

Wajah Baru Maribaya di Hari Raya


Pikiran Rakyat
Minggu, 23 Nopember 2003


MARIBAYA berasal dari nama seorang perempuan sangat cantik yang menjadi sumber kehebohan bagi kaum laki-laki. Saking terpesona oleh kecantikannya, pemuda-pemuda di kampungya sering cekcok sehingga sewaktu-waktu bisa terjadi pertumpahan darah.

ITULAH gambaran keindahan Maribaya tempo dulu. Karena keindahan dan kenyamanan wilayah itu, lokasi pemandian air hangat itu diabadikan dengan nama Maribaya. Keelokan pemandangan disertai desiran air terjun digambarkan bagai seorang gadis cantik jelita yang membuat setiap pemuda bertekuk lutut. Namun, apakah objek wisata Maribaya saat ini masih seperti dulu yang membuat setiap orang ingin menyambanginya?

Sejak mulai dikembangkan tahun 1835 oleh Eyang Raksa Dinata, ayah Maribaya, lokasi objek wisata itu berhasil mengubah kehidupan Eyang Raksa Dinata yang sebelumnya hidup miskin menjadi berkecukupan. Banyak orang yang berkunjung ke tempat tersebut. Mereka tidak hanya datang untuk berekreasi menghirup udara segar alam pengunungan dan perbukitan, tetapi banyak juga yang berobat dengan cara berendam di air hangat.

Eyang Raksa Dinata yang sebenarnya hanya ingin menghindari pertumpahan darah di kampungnya, malah mendapat berkah kekayaan setelah mengelola sumber air panas mineral yang dapat dipergunakan untuk pengobatan itu. Keluarga Maribaya memperoleh penghasilan dari para pengunjung yang datang berduyun-duyun.

**

MARIBAYA dengan luas sekira 5 ha dan berada di atas ketinggian 1.100 m di atas permukaan laut (dpl) terletak di Kec. Lembang Kab. Bandung yang jaraknya sekira 22 km dari pusat Kota Bandung. Letaknya berada di sebuah lembah yang punya sumber air panas mineral yang mengandung belerang dengan suhu panas sekira 20 s.d. 40 derajat C.

Dikelilingi hamparan pemandangan alam yang indah permai ditambah keadaan geografis Lembang yang sangat baik, membuat situasi Maribaya selalu sejuk. Temperatur rata-rata di Maribaya 10 s.d 21 derajat C. Namun, dengan segala pesona kecantikan alam yang sangat luar biasa itu, kondisi Maribaya saat ini bak bumi dengan langit dibandingkan masa lalu. Maribaya yang dulu sempat menjadi penopang hidup pengelolanya, kini justru membuat pemiliknya yaitu Pemkab. Bandung harus merogoh uang untuk mengambalikan kejayaanya itu.

Maribaya sejak awal 1980-an sudah mulai menunjukkan kematiannya terutuma sejak berkembang objek wisata Sari Ater di Ciater Subang yang juga menyajikan pemandian air panas disertai hamparan panorama indah. Hanya, letak Sari Ater jauh lebih strategis karena berada di jalan raya Bandung-Subang. Pengunjung tak perlu repot-repot sengaja masuk ke jalur wisata dan melewati Pasar Lembang yang semrawut, seperti jika hendak mengunjungi Maribaya.

Bukti ketertiduran Maribaya dapat dilihat dari besarnya pemasukan yang baru tercapai sekira 50% dari target Rp 180 juta selama 2003. Target itu kiranya sulit tercapai mengingat saat ini sudah sampai di pengujung tahun.

Dilihat sepintas saja, penginapan dan kamar rendamnya terlihat sudah kusam. Bahkan, seprai di penginapan itu ada yang berasal dari tahun 1980-an. Bayangkan, sudah belasan tahun. Kita tentu bertanya, sudah sebegitu meranakah Maribaya? Tentu, hal itu jauh berbeda dengan dulu saat Maribaya bagaikan putri yang selalu dikejar-kejar pemuda. Maribaya kini tak lebih dari sebuah pesona kecantikan alam dengan segudang potensi yang sedang "tidur".

Bukan itu saja, air Sungai Cigulung -- satu dari sungai yang melewati Maribaya -- seringkali berwarnra keruh saat musim hujan akibat erosi tanah di hulunya. Penggundulan hutan yang tak terkendali akhir-akhir ini membawa dampak buruk bagi kualitas air sungai yang melewati Maribaya. Meskipun tak terlalu parah, satu sungai lainya yaitu S. Cikawari juga mulai berwarna keruh.

Selain Minggu dan Sabtu, Maribaya nyaris tak ada pengunjung, paling hanya ada satu dua mobil yang datang. Segala fasilitas wisata seperti kolam renang dan kamar rendam air panas, pemandangan alam, air terjun yaitu Curug Cigulung, Cikawari serta Koleang, penginapan, tempat bermain anak-anak, kios cendera mata, bungalow, bar dan restoran, nyaris tak berkembang.

**

MENYADARI akan ketertiduran potensi kecantikan alam Maribaya yang segudang itu, Pemkab Bandung -- dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kab. Bandung -- menargetkan Maribaya pada 2004 sudah bisa "menggeliat" lagi seperti dulu di saat nama besarnya masih "berkumandang". Sebagai tahap awal, dalam rangka menyambut liburan Idulfitri 1424 H, Disbudpar Kab. Bandung sedang membangun bendungan untuk menampung air panas. Air panas penuh khasiat yang di masa lalu menjadi andalan Maribaya, kini seringkali tak bisa termanfaatkan akibat terbawa aliran arus dingin S. Cigulung dan Cikawari.

Oleh karena itu, pembendungan air sungai itu diharapkan mampu menaikkan air panas ke permukaan sehingga bisa dinikmati pengunjung. "Jika sungai dibendung, air panas akan naik, sedangkan air dingin berada di bawah karena berat jenis air panas lebih ringan dibandingkan air dingin," kata kepala Disbudpar Abas Bastari yang akrab dipanggil Kang Abas.

Kang Abas menegaskan projek pembendungan air S. Cigulung dan Cikawari yang merupakan hulu S. Cikapundung itu akan selesai menjelang Idulfitri 1424 H tiba. Projek pembendungan itu sebagai titik awal kebangkitan Maribaya untuk mencapai masa keemasannya seperti dulu.

Prioritas pembangunan bendungan itu karena titik awal keterkenalan Maribaya adalah sumber air panasnya yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Oleh karena itu, pengembalian keberadaan air panas itu harus dijadikan prioritas. Sambil membuat bendungan, Kang Abas juga mengatakan bahwa pihaknya akan segera membenahi segala fasilitas lainnya. "Pokoknya, sebagai tahap awal, segala fasilitas Maribaya di akhir tahun 2003 ini sudah layak kunjung sehingga bisa diandalkan dalam menyambut Idulfitri, liburan sekolah, dan Natal, serta tahun baru. Nah, pengembangan pada tahap awal itu akan terus dilakukan hingga tahun 2004," katanya.

Bukan itu saja, Kang Abas juga mengatakan di Maribaya pun akan diadakan pergelaran seni dan budaya Sunda. Jadi, pengunjung itu tak hanya bisa menikmati keindahan alam Maribaya, tetapi juga seni dan budayanya. Sambil melepas kepenatan di kala memandang keindahan atau berendam air panas, pengunjung pun akan diiringi suara tetabuhan alat musik Sunda.

Namun, usaha Disbudpar itu tentu juga harus dibarengi usaha dari pihak-pihak lain, rehabilitasi hutan di seluruh Jabar termasuk di Bandung Utara yang sedang digalakkan diharapkan mampu meminimalkan erosi di S. Cigulung dan Cikawari. Dengan demikian, bukan tak mungkin keduanya bakal jernih kembali seperti masa lalu.

Jadi, pada tahun 2004, Maribaya kembali sudah bisa menjadi salah satu wisata unggulan di Jabar. Maribaya harus bisa dijadikan sumber penghasilan yang signifikan bagi Kab. Bandung. Bukankah Maribaya pada tahun 1835 -- saat pertama kali dikembangkan -- bisa mengubah hidup pengelolanya, Eyang Raksa Dinata yang hidup melarat menjadi kaya raya? Tentu, Pemkab Bandung sebagai pengelola Maribaya di era komputerisasi ini diharapkan mampu mengulang kejayaan leluhurnya itu.

Kejayaan Maribaya sebagai salah satu aset di tatar Priangan yang diciptakan Tuhan ketika sedang tersenyum sudah selayaknya dibangkitkan kembali. Bukankah sejarah selalu berulang? (Handiman/"PR")***


Sebelum berkunjung ke Maribaya, saya sarankan anda untuk membuka alamat berikut"

Peta Lokasi
Galeri Foto

Saung Angklung Udjo


Miniatur Kampung ”Urang” Sunda
Pikiran Rakyat, Jumat, 05 Januari 2007


TIUPAN angin menerpa daun bambu. Suaranya terdengar gemerisik. Bau tanah basah terkena cahaya matahari, meruapkan aroma alam ke udara. Anak-anak tampak riang memainkan angklung. Sedangkan di luar panggung, rumah-rumah bambu siap memberikan kehangatan tropis alam pedesaan. Itulah suasana Saung Angklung Udjo (SAU) yang dapat Anda kunjungi, sekadar untuk melepas lelah sejenak sembari menikmati nuansa alam dan tradisi.

SAU terletak di Jln. Padasuka Bandung, mengarah ke timur dari pintu tol Pasteur-Pasupati. Meski keberadaannya sudah 39 tahun, belum banyak masyarakat yang bertandang ke tempat ini. Apalagi bila dibandingkan dengan angka kunjungan ke factory outlet (FO) yang saban hari dipadati pengunjung.

Tak ayal, masih banyak wisatawan nusantara yang belum mengenal secara dekat bagaimana suasana dan nuansa di SAU. Seperti diakui sebagian besar peserta "Corporate Gathering 2006" Holiday Inn yang mengikuti perjalanan wisata ke tempat ini, akhir pekan lalu.

Hampir 70 persen dari 300 peserta perjalanan ini, mengaku belum pernah datang ke SAU. Padahal, para peserta sebagian besar berasal dari Bandung dan sisanya berasal dari Jakarta. Yang notabene sudah sangat sering datang.

"Saya belum pernah ke sini, tetapi luar biasa, tempatnya sangat exciting. Nuansa alam yang kita dapatkan di sini, berbeda banget dengan keseharian kita," ujar Yati, sekretaris sebuah perusahaan garmen yang ikut serta pada perjalanan tersebut.

SAU berdiri sejak Januari 1967, dan dibangun atas dasar ungkapan cinta serta dedikasi pasangan suami istri Udjo Ngalagena dan Uum Simiati Udjo, terhadap kesenian tradisi angklung. Angklung merupakan alat musik terbuat dari bambu yang dimainkan dengan cara digoyangkan.

Sebagai tempat wisata alam bernuansa seni tradisi, SAU bukan saja mempersembahkan berbagai pertunjukan seni kepada pengunjung. Mulai dari pertunjukan seni angklung, arumba, tari-tarian, wayang golek, sampai kaulinan barudak (permainan anak-anak).

Uniknya, di tempat ini Anda akan menjadi bagian dari sebuah konser angklung SAU. Dengan beberapa petunjuk praktis yang diarahkan langsung pembawa acara, Anda dapat memainkan beberapa lagu. Mulai dari lagu-lagu wajib, pop, sampai senandung kenangan dari dalam maupun luar negeri.

Bahkan, dengan sangat akrab, anak-anak kecil yang menjadi bagian pertunjukan angklung SAU mengajak para tetamu untuk menari bersama. Kehangatan inilah, yang oleh sebagian besar pengunjung dirasakan sebagai keramahtamahan orang Sunda. Sebuah ungkapan kebersamaan yang akrab dan "surprise" banget!

"Wow, sangat mengesankan sekali. Dengan mudah saya bisa mengikuti permainannya dan saya pun menjadi bagian dari pertunjukan ini. Back to nature banget!" ujar Wina, peserta dari perusahaan minyak asal Jakarta.

Disampaikan General Manager Holiday Inn Bandung Rully Zulkarnain, tujuan "Corporate Gathering 2006" ini memang untuk mendekatkan member Holiday Inn Bandung terhadap seni tradisi. "Selain tentu saja untuk rehat sejenak dari rutinitas keseharian," demikian Rully.

Rully menyebutkan, peran member sangat besar bagi keberadaan hotel. Lewat merekalah costumer terbina. Member notabene memberikan berbagai informasi brand hotel kepada costumer. "Oleh karena itu, kegiatan seperti ini sudah menjadi agenda tahunan hotel. Sebagai wujud terima kasih kita kepada mereka," imbuhnya.

Keberadaan hotel memang sangat mendukung terjalinnya hubungan sinergis dengan tempat wisata. Taufik Udjo, dari SAU menyebutkan, sebelum terjadi peristiwa Bom Bali, hampir 95 % turis yang datang ke SAU berasal dari mancanegara. Sedangkan sisanya atau 5 % merupakan turis domestik dalam negeri.

Itu pun bukan sengaja datang ke SAU sebagai turis, tetapi sebagai guide ataupun operator yang menemani turis mancanegara berkunjung ke SAU. "Jumlah wisatawan dalam negeri memang minin sekali yang datang ke sini," ujarnya.

Akan tetapi, kondisi ini berbanding terbalik pascaterjadinya bom Bali. Turis asing menyusut drastis. Namun, berkat hubungan sinergis antara hotel dan tempat wisata, angka kunjungan wisatawan domestik ke SAU dari hanya 5 % melambung menjadi 50 % dari angka kunjungan total. "Jadi, sekarang perbandingannya sudah fifty-fifty, antara turis asing dan domestik," demikian Taufik.

Taufik berharap dengan semakin banyak perusahaan-perusahaan hotel yang mengajak member maupun costumernya mengunjungi wisata tradisi seperti SAU, akan semakin terbuka lebar kesempatan Kota Bandung khususnya dan Indonesia umumnya, mengenalkan berbagai kesenian dan tradisi yang menjadi ciri khas suku bangsa Indonesia.

Sesuai dengan kepentingan tersebut, keberadaan SAU tidak lagi sebatas panggung pertunjukan angklung. Tetapi sebagai miniatur kampung urang Sunda. Sebab di tempat ini, pengunjung dapat pula menyaksikan bagaimana proses pembuatan angklung dan handycraft lainnya yang berbahan dasar bambu.

Santapan yang dipesan pun, beragam jenisnya. Mulai dari makanan Kampung Sunda sampai sajian sekelas hotel berbintang. Bahkan, semua sarana dan prasarana penunjang SAU diarahkan pada standar internasional tanpa menghilangkan unsur kesundaannya.

Di bagian depan SAU, tersedia aneka souvenir dan cindera mata. Seperti angklung mini, wayang golek, kain batik, lukisan, dll. Dengan souvenir-souvenir cantik ini, para pengunjung dapat membawanya sebagai buah tangan untuk sahabat dan orang-orang tercinta. Nah, apa lagi? Bila kebetulan Anda merasa jenuh dengan rutinitas keseharian atau bosan dengan semua tempat wisata yang sudah terjajal, tidak ada salahnya sesekali bertandang ke tempat ini. Desau angin dan suara alamnya sangat membetahkan! Airnya pun bening dan dingin. Berminat? Silakan mencoba. (Eriyanti/"PR")***

FOTO RATUSAN murid SD bermain angklung di Saung Angklung Udjo (SAU) Jln. Padasuka Bandung, beberapa waktu lalu. Meski keberadaan (SAU) sudah 39 tahun, belum banyak masyarakat yang bertandang ke tempat ini.*RETNO HY/"PR"

Sebelum berkunjung ke Saung Mang Ujo, saya menyarankan anda untuk melihat Angklung Web Institute.

March 9, 2007

Tempat Mengisi Liburan Anak

Karavan Vila Apel Gardena.
Liburan bersama keluarga di alam pegunungan sekaligus bermalam di karavan.
Tersedia aneka fasilitas untuk orang dewasa juga anak-anak.
Harga sewa per malam Rp. 200 ribu. Untuk hari libur/raya Rp 250.000.
Alamat: Vila Apel Gardena Cipanas, Puncak.
Telp. (0263) 511 901-3, 519 856. Fax. (0263) 511 953.

Caldera Ed Venture Program (CEVP).
Di sini anak bisa bermain outbound. Biaya Rp 100.000 per anak untuk paket 1 hari. Customer service: Kaki Lintas Katulistiwa, Gd. Nariba Plaza Unit D-13,
JI. Mampang Prapatan Raya No. 39, Jaksel.
Telp. (021) 7919 6633. Fax. (021) 7919 6644.

Kolam Sahabat Laut.
Anak bisa memegang ikan hiu. Harga tiket masuk Rp. 12.000 untuk
Senin-Jumat dan Rp. 17.000 untuk Sabtu-Minggu dan libur.
Alamat: Kolam Sahabat Laut, Sea World Indonesia,
Taman Impian Jaya Ancol,Jl. Lodan Timur No. 7 Jakarta 14430.
Telp. (021) 641 0080 ext.105 Fax.(021)641 0079.

Museum Bahari.
Anak bisa melihat miniatur kapal tradisional Indonesia yang membawa harum nama
Bangsa Indonesia,
Phinisi Nusantara. Buka dari Selasa-Minggu,
Tariff masuk Rp. 2.000 untuk umum.
Alamat: Museum Bahari, Jl. Pasar Ikan No. 1
Jakarta Utara (Daerah Sunda Kelapa).
Telp. (021) 669 3406. Fax. (021) 669 0518,

Aquatic Fantasy.
Arena permainan air khusus anak dengan puluhan jenis permainan.
Mereka bisa memanjat, melompat, perang-perangan dalam air, berpetualang,
bahkan betegur sapa dengan dewa laut Neptunus. Tarif masuk Rp 10.000.
Alamat: Jl. Raya Muchtar, Sawangan, Depok.
Komplek Perumahan Real Estate Telaga Golf.
Telp. (021) 766 0390, 765 3854. Fax. (021) 766 0490.

Taman Nasional Gunung Halimun.
Anak bisa bertualang masuk-keluar hutan, melihat langsung satwa liar,
dan bermain di air terjun.
Tersedia juga arena kemping dan tempat menginap.
Tiket masuk sekitar Rp. 3.000 untuk anak-anak.
Alamat: JI. Raya Cipanas, Kabandungan. PO Box 2 Parung Kuda, Sukabumi.
Telp. (0266) 621 256. Fax. (0266) 621 257.

Bayt AI-quran.
Ini adalah museum, sekaligus tempat menimba ilmu mengenai agama Islam,
khususnya Al-quran.
Tarif masuk Rp. 500 - Rp 1.000.
Alamat: Jl. Raya TMII, Jakarta (Komplek TMII).
Telp. (021) 8416467/68 Fax. (021)841 6466

Taman Nasional Gunung Pantjar.
Selain piknik, anak bisa melakukan kegiatan menjaga kesehatan dan
pemulihan kekuatan fisik seperti terapi akupunktur, air panas mineral.
Alamat: Taman Nasional Gunung Pantjar, Bogor.
Telp. (021) 917 3208

Taman Buah Mekarsari.
Anak bisa belajar jadi patani, malah bisa menuai, memakan, serta membawa
pulang hasilnya.
Biaya Rp. 100.000 per anak.
Alamat: Jl. Raya Cileungsi-Jonggol Km.3, Cileungsi, Bogor 16820.
Telp.(021)823 1811-13 Fax. (021) 823 1475.

Kebun Wisata Pasirmukti.
Anak bisa merasakan bagaimana indahnya hidup di alam pedesaan yang sesungguhnya.
Biaya paket anak tani Rp. 250.000 untuk 2 hari 1 malam.
Alamat: Jl. Raya Tajur Pasirmukti KM 4, Citeureup, Bogor.
Telp.(021) 876 3564-65.

Safari Trek.
Masih dalam kawasan Taman Safari Indonesia, Cisarua, Bogor,
anak bisa merasakan dirinya menjadi pendaki gunung dan
penjelajah alam bebas. Mereka pun bisa bertemu dan saling menyapa langsung
dengan Gajah pekerja.
Biaya Rp. 15.000 per orang.
Alamat: Taman Safari Indonesia, Cisarua, Bogor-Jabar.
Telp (0251) 253 222.

Monumen Kapal Selam.
Di sini anak bisa melihat dan praktek langsung sebagai pengemudi
kapal selam perang.
Tiket masuk Rp 2.500.
Alamat: Jl. Pemuda 29, Surabaya Telp. (031) 549 0410

Speedy Karting.
Sekolah gokart khusus anak dan tempat anak bermain olahraga gokart.
Sewa gokart Rp. 45.000, sekolah gokart Rp. 1,5 juta.
Alamat:Tempat Hanggar Teras Pancoran, JI. Gatot Subroto Kav. 72, Jaksel.
Telp. (021) 7918 4674.

Kampoeng Maen.
Ini adalah kampungnya anak untuk bermain. Biaya Rp.35.000.
Costumer Service: Jl. Mampang Prapatan Raya No. 39 Jaksel
Telp.(021)7919 6633, Fax: (021) 7919 6644.

Pusat Primata Schmutzer.
Di kawasan ini anak bisa melihat secara langsung kenekaragaman hewan
primata, termasuk gorila.
Tarif masuk mulai Rp.2000.
Alamat: Taman Margasatwa Ragunan, JI. Harsono RM No. 1, Ragunan,
Jakarta 12550.
Telp. (021) 780 6975, 789 0615. Fax. (021) 780 5280

Observatorium Bosscha.
Tempat wisata ilmiah di mana anak bisa melihat bintang dan rasi/
gugusan bintang.
Tarif mulai Rp. 5.000.
Alamat: Observatorium Bosscha, Departemen Astronomi ITB,
Lembang, Bandung 40391
Telp. (022) 278 6001.

Tempat rekreasi dan edukasi keluarga.
Alamat Jakarta: Jl. Mega Kuningan Lt. 5 No. 1, Jakarta Selatan.
Telp. (021) 579 59367
Alamat Bandung: Bandung Supermal Lt. 2, Jl. Gatot Subroto, Bandung.
Alamat Surabaya: Jl. Pemuda 90-94, Surabaya.

MUSEUM
1. Museum sejarah Jakarta, Jl. Taman Fatahillah No. 1, Jakarta Barat
2. Museum Joang '45, Jl. Menteng Raya no. 31, Jakarta Pusat
3. Museum Wayang, Jl. Pintu Besar Utara No. 27, Jakarta Barat
4. Museum Seni Rupa dan Keramik, Jl. Pos Kota No. 2, Jakarta Barat
5. Museum Tekstil, Jl. KS Tubun No. 4, Jakarta Barat

Catatan:
Museum ini menarik karena memberikan kursus membatik
pada semua kalangan baik anak maupun dewasa.
Batikannya tidak serius-serius amat kok,
paling cuma membuat sapu tangan dari batik,
bisa jadi tambahan ilmu yang menarik buat anak-anak.
Tapi kursus ini dibagi antara Tingkat Dasar:
(teori, praktik: Molani, nglowongi, nerusi, mbironi & nglorod )
dan tingkat lanjutan:
(teori dan praktik: ngiseni, nemboki, pencelupan, nglorod).
Pokoknya biayanya Rp 150.000 untuk tingkat dasar dan
another Rp 150.000 untuk lanjutan.
Konfirmasi bisa ke Mis'ari (5606613/08129950644)

6. Museum Bahari, Jl. Pasar Ikan No. 1, Jakarta Utara.
Catatan: Disekitar museum ini ada berbagai toko cindera mata yang unik,
seperti penjualan kerang atau peralatan nelayan.
Tidak jauh dari tempat itu ada restauran/ kafe galangan,
yang dibuat dari bekas galangan kapal kuno.
Anak-anak juga dapat diajak melihat kapal-kapal layar besar merapat.
Menarik sekali!

7. Museum Taman Prasasti, Jl. Tanah Abang I, Jakarta pusat

8. Gedung M.H. Thamrin, Jl. Kenari II/15, Jakarta Pusat

9. Museum Sumpah Pemuda, Jl. Kramat Raya No. 106, Jakarta Pusat

10. Museum Kebangkitan Nasional, Jl. Abdurachman Saleh No. 26, Jak-Pus

11. Museum Nasional, Jl. Merdeka Barat No. 12, Jakarta Pusat

12. Monumen Nasional, Jl. Silang Monas, Jakarta Pusat

13. Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Jl. Imam Bonjol No. 1, Jak-Pus

14. Museum ABRI "Satriamandala", Jl. Jend. Gatot Subroto No. 14, JakSel

15. Museum Waspada Purbawisesa, Jl. Jend. Gatot Subroto No. 16, Jak-Sel

16. Museum Ahmad Yani "Sasmitaloka", Jl. Lembang No. 58, Jakarta Pusat

17. Monumen Pancasila Sakti, Jl. Raya Pondok Gede Lubang Buaya, Jak-Tim

18. Museum TNI AU "Dirgantara Mandala", Jl. Jend. Gatot Subroto No.27, Jak-Sel

19. Museum TNI AL "Loka Jala Srana", Cilangkap, Jakarta Timur

20. Museum POLRI, Jl. Trunojoyo No. 1, Jakarta Selatan

21. Museum Keprajuritan Indonesia, Taman Mini Indonesia Indah

22. Museum Perangko Indonesia, Taman Mini Indonesia Indah

23. Museum Indonesia, Taman Mini Indonesia Indah

24. Museum Asmat, Taman Mini Indonesia Indah

25. Museum Fauna Indonesia, Taman Mini Indonesia Indah

26. Museum Olah Raga, Taman Mini Indonesia Indah

27. Museum Purnabhakti Pertiwi, Taman Mini Indonesia Indah

28. Museum Minyak dan Gas Bumi, "Graha Widya Patra" Taman Mini Indonesia
Indah

29. Museum Telekomunikasi, Taman Mini Indonesia Indah

30. Museum Istana Kepresidenan "Puri Bhakti Renatama",
Jl. Veteran No.16,Jakarta Pusat

31. Museum Manggala Wanabhakti, Jl. Jend. Gatot Subroto, Jak-Sel

32. Museum Adam Malik, Jl. Diponegoro No. 29, Jakarta Pusat

33. Museum Serangga, Taman Mini Indonesia Indah

34. Museum Pusaka, Taman Mini Indonesia Indah

35. Museum Transportasi, Taman Mini Indonesia Indah

36. Bentara Budaya Jakarta, Jl. Palmerah Selatan No. 17, Jakarta Barat

37. Tosan Aji Jl. Kwitang, Jakarta Pusat

38. Pra Museum Onrust, Kepulauan Seribu, Jakarta Utara


Lokasi Outbound/Agriwisata

1. Kebun Wisata Pasir Mukti.
Lokasi sekitar 45 menit dari Jakarta,

bentuknya agriwisata dimana kita bisa memetik buah, belajar menanam macam-macam, memancing, main Lumpur, memetik buah, api unggun, poco-poco dan menginap di guesthouse/ cottage.
Biaya Rp 250.000/person untuk menginap, termasuk breakfast, lunch dan dinner.
Reservation: Jl. Raya Tajur Pasirmukti Km. 4, Citeureup Bogor.
Ph: (021) 8763564-65, 7398808Fax (021)8763566

2. Citarik One Stop Adventure.
Lokasi di citarik, Lokasi Adventure milik pasangan Lody Korua dan Amalia Yunita
yang pencinta alam ini memiliki berbagai kegiatan seru dan menarik,
diantaranya: adventure rafting trip, terus ada cottage yang seru-seru

(misalnya dibuat dari tenda atau kayu-kayu/tradisional cottage, pokoknya seperti camping deh), terus ada BBQ, family trecking trip, paintball, adventure offroad trip terus ada lokasi outdoor experiential education untuk anak-anak yang aman dan seru. pokoknya lokasi ini seru banget terutama untuk anak-anak cowok yang sudah SD ke atas!!!!
Biaya: antara Rp 44.000 s/d Rp 350.000, tergantung kegiatan yang dipilih.
Reservation: PT Lintas Jeram Nusantara, Graha macula, Ground Floor,
Jl. K.H.Abdullah Syafi'ie No. 5 (d/h: Jl. Lapangan Roos Raya) Jakarta 12840.
Ph.(021) 8355885, 9259230, 0811103397, Fax: 8314834

3. Tanah Tingal.
Tempat rekreasi keluarga, anak dan agrowisata dengan fasilitas kolam renang,
restauran (menunya pasundan euy, bisa dipesan dan jadi kegiatan andalan di sini soalnya katanya enak pisan) pondok seni, taman bermain dengan permainan tradisional, kebun pembibitan, peternakan, jalur sepeda, tempat berkemah,
pondok menginap serta rumah pohon untuk anak 5 - 15 thn
dengan paket sesuai permintaan.
Reservation: Jl. Merpati Raya no.32B, Desa Sawah Baru,
Jombang, Ciputat 15400, Tanggerang.
Ph. 7433131

4. Agro Wisata Tanaman Obat.
Terletak di desa Karyasari, Leuwlliang,Bogor, di sini ada 420 jenis tanaman obat,
disana bisa sambil wisata boga, makan makanan Sunda!
Biaya Rp 75.000,- plus pemandu penjelasan keliling kebun.
Jl. Raya Karacak-Cianten KM 10, Desa Karyasari, Leuwiliang, Bogor,
telp. 0251-42872438

5. Program Pulang Kampung desa Cinangneng.
Letak 1 km dari kampus IPB, Dermaga Jl. Babakan Kemang RT1, RW2, Cihideung,
Ciampea, Bogor.
Untuk weekend sama keluarga bisa nyewa 1 vila untuk 2 orang Rp 300.000,
atau satu bungalow dengan dua kamar, @ Rp 275.000,- termasuk makan 3 kali, sama tour de desa. Tapi yang seru kalau group, min. 20 orang @ Rp 215.000,-
Itu termasuk makan 3 kali plus snack 2 kali plus tour de desa, belajar bercocok tanam, belajar main gamelan dan tari sunda, belajar membuat permainan anak desa,
memandikan kerbau, main di sungai, malam: ronda desa sambil di jamu di rumah penduduk, api unggun dan makan jagung bakar...
seru enggak tuuuuuuh!!!!!

6. Sekolah Layar Nasional.
Kontak person: Tjatjang Hidayat, Jl. Lodan Timur 7, Marine,
Taman Impian Jaya Ancol Jkt. Ph. 9220340, fax: 3150285.
Konon tempat ini menyediakanbeberapa kegiatan air yang menarik.
Liburan berkualitas (berlibur sambil belajar!)

7. Doctor Rabbit Science & adventures Preschool.
Kadang kalau liburan tempat ini menyediakan camping untuk anak-anak dimana anak bisa bermain di alam terbuka sambil bereksperimen science sederhana.
Jl. Taman Sari I No. 77, Karang Tengah Lebak Bulus, Jaksel
Ph: 7508371- 7694786

8. My Playground.
Jl. Margasatwa No. 16, Pondok Labu, Jakarta Belajar art (ngelukis dan clay)
untuk ngisi waktu libur

9. Klub Dino.
Ruko Bona Indah A1-A2, Jl. Karang Tengah Lebak Bulus, Jakarta Selatan.
Biasanya tiap libur, klub ini buat paket-paket liburan untuk belajar ngebatik, potery, ngelukis dan kegiatan-kegiatan art lain!

10. Belajar renang, tennis dan taekwondo.
Peekaboo. Apartemen Taman Rasuna, Kuningan Tower 7 Lower Ground.
Jl. H.R. Rasuna Said, Jakarta

11. Tempat Keramik Widjayanto,
Di sini juga ada restoran dengan makanan buatan si mbok yang sedap banget, dan anak-anak juga belajar bikin keramik, sementara si ibu-ibu bisa window shopping!!
Jl. Curug Agung No. 1, Tana Baru (Dekat Depok Mulya III).
Ph. 737685/86.


Tempat Kumpul Khusus Buat Si Kembar
Di Yayasan Nakula Sadewa ini para kembar bisa bermain, berkumpul, juga
belajar bersama. Iuran per bulan Rp 5.000.
Alamat: Jl. Tondano 12 Jakarta Pusat.
Telp. (021) 570 8697.

Taman Bacaan Anak
Biaya pendaftaran Rp 25.000 per anak untuk 3 bulan.
Maksimal peminjaman 3 buku.
Buka dari Senin-Minggu jam 10.00 - 20.00.
Alamat: Mal Ciputra Lt. Lower Ground, JI. Arteri S. Parman Grogol,
Jakarta. Telp. (021) 566 2121.

Perpustakaan Titania
Alamat: Bukit Vila Cimanggu, JI. Raya Baru No. 1 Bogor.
Telp. (0251) 502 367.

Sumber dikutip dari Infohots Marketing Strategic Consulting

March 7, 2007

Are We There Yet?



Are We There Yet? Family Travel Tips from the Blogosphere


IT's recently taken a liking to Parent Hacks—the "collaborative weblog of practical parenting tips"—so we asked founder and editor Asha Dornfest to send IT her favorite family travel tactics. She writes:

"We at Parent Hacks believe that travel is one of the greatest gifts a child can receive. Even if they are 'too young to appreciate it,' every kid beyond infancy will take away something from the experience—not necessarily full-formed memories, but a general awareness that the world is a vast and wondrous place. We also recognize the challenges inherent in traveling with little ones, so we've collected a number of real-world tips to smooth the road (or flight) ahead.
  1. Do your research. There are plenty of good websites that can help you prepare for the trip, both logistically and mentally. A few to try: Wejustgotback.com, Parentography, and TripConnect.
  2. Simplify packing. If you're taking a road trip, consider packing the bulkier items (snow gear, toys, beach towels) in plastic laundry baskets rather than suitcases. Use carabiners to attach loose items to your backpack or diaper bag. Bring only enough diapers and wipes to get you through the first few days, and plan to restock.
  3. But don't underpack. That said, bring along the stuff that will help your kids settle into unfamiliar surroundings: a favorite stuffed animal, a frequently requested bedtime story, or a night-light. A small emergency kit with pediatric medicines and first aid supplies will help you rest easy, too.
  4. Arrange passports well ahead of time. If you're even dreaming of international travel, take care of everyone's passports now. Did you know you can convert one of your own digital photos into a passport photo?
  5. Keep the kids entertained in transit. Keeping kids happy, comfortable and well fed while in transit requires some planning: You want them to be relatively quiet and content, but you don't want them to spend the entire trip glued to the portable DVD player. Some ideas: Pack activity bags full of small, inexpensive toys and art supplies, to be opened in transit; draw faces on airplane sick bags and stage an in-flight puppet show; bring along a few books on tape and some kid-safe headphones. If you're handy with the digital audio equipment, you can even create a special 'vacation soundtrack.' In lieu of trying to make them keep a travel journal, have the kids write postcards to themselves.
  6. Baby-proof the hotel room. Put masking tape over stray electrical outlets, wrap a disposable diaper around the tub faucet to protect little noggins, and rearrange the furniture to block off hazardous areas. And bring your baby monitor along—it'll buy you some alone time in the hallway.
  7. Have your kids wear ID at all times. You can buy Velcro bracelets or in-the-shoe stickers, or you can do what one Parent Hacks reader suggests: Write your cell phone number on your kid's belly with permanent marker.
  8. Take advantage of museum memberships. Many museums have reciprocal membership agreements, so if you're a local museum member, see if it can get you a discount, or even free admission, to museums in the town you're visiting. Not a member? Try your auto club card, student or teacher ID, or public television or radio membership card.
  9. Give yourself a break. Temporarily loosen the restrictions on DVD-watching, Gameboy-playing, and junk-food eating if it will help you get through a particularly rough day (and there will be rough days), or if you simply need a moment of rest. The memories of your travel experience are too precious to be tainted with arguments over candy bars or an extra showing of Toy Story 2."

Keep the Memories

After every vacation it's great to have pictures and small souvenirs that bring back memories of your trip. One fabulous way to create these memories is by making a scrapbook of your family vacation. While eliminating, "Honey, where were we again when this was taken?", it also gives your children (toddlers and up) something to do on a rainy day.

To start out with, get your children in the habit of saving one thing from each place you visit. It can be anything from a restaurant napkin to a postcard from a national park, or your children's drawings of the theme park your family has just visited. Another great tip is to bring along a disposable camera for your children. It's a great inexpensive way to allow your children to feel included, and at the same time get their point of view of the trip.

On a rainy day (hopefully you won't have any of those) or a night where you and your family want to take it easy, start putting your scrapbook together. The essential elements that are needed can easily be brought with you: photo-album or scrapbook, scissors, glue, construction paper, stickers and markers. If you feel really ambitious, take the film that has already been used to a 1-hour film-developing center.

Now that you have all the materials ready, it's time to begin. Here are a few suggestions that can help make the craft session run smoothly:

  • Let each child have their own page to work on
  • Let them be as creative as they want
  • Keep all the materials in the same area so it is easier to keep track of
  • Have your kids SHARE all the materials
  • Try to avoid one child monopolizing the red marker for too long
  • Once the film has been developed, the child who took the picture should have the option to use it first. This means that each child should have the same amount of time with the camera. Or you can buy each child its own special camera.

Enjoy your new scrapbook! The memories will last a lifetime.

Before You Go



Following the easy packing tips below will make for quicker packing and greater chances of a problem-free trip.

  1. Pack a smart carry-on. Pack a change of clothes, medicine, eyeglasses, toiletries and anything else you cannot live without in a carry-on in the event your luggage is lost or delayed.
  2. Reduce wrinkling. Pack clothes in tissue paper and place in plastic bags.
  3. Save space by rolling clothes rather than folding them. This also can decrease your chances of wrinkling.
  4. Be realistic. Pack only what you need and leave the rest at home for another time. Those who travel frequently say to lay out everything you want to pack but then only pack half of it.
  5. Pack extra underwear. This is the only time you can break the less is more rule.
  6. Pack a couple of plastic bags. They don’t take up much space and are useful for separating wet or dirty clothing.
  7. Pack toiletries in a plastic bag. Air pressure changes may cause breaks or leaking. Also keep in mind that bag handlers are not known for being gentle with your bags.
  8. Think comfort. Take comfortable clothes that are easy to clean and care for. Pack comfortable shoes and only those that you have worn before. Traveling is not the time to break in new shoes.
  9. Always pack a small umbrella – just in case.
  10. Consider packing an empty lightweight and expandable bag. This will come in handy for purchases when it comes time to pack up and return home.
  11. If traveling with a companion, exchange at least one outfit to pack in one another’s bag. This will come in handy if one bag is lost or delayed.
  12. Choose lightweight luggage and bags with wheels. You never know how far you will have to carry your bags once you arrive at your destination.
  13. Make a list of all items in checked bags. If your luggage is lost you will have an easier time making a claim.
  14. Use luggage tags on all bags – carry on and checked – with your name and contact information.
  15. Mark your bags with something unique (a red ribbon, a fun sticker). This will make it easier for you to identify and more difficult for someone else to mistake as theirs. This will also come in handy if you lose your bags and need to describe them to an agent.
  16. Don’t leave your packing to the last minute. Packing in advance reduces your chances of forgetting items and allows you time to purchase those you still need.
  17. Have fun! Packing should not be stressful. Consider it the first leg of your journey!

First Aid Kit and Emergency Numbers

So you've decided to take the family on a trip, now it's time to pack. Don't forget to pack the first-aid kit. Use this checklist to help you form your own first-aid kit (you probably have most the supplies at your finger-tips)

  • Container - choose a container that has plenty of room, is easy to carry and is able to withstand your family
  • First-aid manual
  • Adhesive bandages- varying sizes
  • Antiseptic wipes
  • Gauze bandage
  • Tape
  • Soap
  • Hydrogen peroxide
  • Hydrocortisone cream
  • Diaper rash ointment
  • Ibuprofen/ Extra Strength Tylenol
  • Benadryl (antihistamine)
  • Extra prescription medications
  • Instant cold packs
  • Calamine lotion
  • Sunscreen
  • Insect repellant
  • Lip balm
  • Tweezers
  • Scissors
  • Safety pins
  • Q-Tips
  • Thermometer
  • Flashlight (with batteries)
  • Emergency phone list
  • Blanket

Your Emergency Phone list should contain:

  • Child's name
  • Address
  • Telephone number
  • Social Security #
  • Doctor's name and Phone number
  • Health Insurance name, policy number, and phone number
  • Emergency contacts
  • Medical History: preexisting conditions, allergies, and immunization history

Holiday Child Safety Tips

With holidays approaching, everyone needs to consider child safety and travel issues. There are hazards at home, hazards on the road, and hazards at the homes of those with whom we are sharing the holidays. It's important to plan now so that everyone can have a happy, safe holiday season full of warm memories.

  1. Holiday plants: Although much is made of the dangers of the poinsettia plant, there are other plants that are far more toxic. Mistletoe can cause severe stomach cramps and diarrhea == and can even be fatal. Holly and pyracantha are other toxic plants often used in holiday decorations that can cause vomiting. Large amounts of poinsettia ingestion can cause cramping - but the amount would have to be far more than for ingestion of these other plants.

  2. The Christmas Tree: Christmas trees can be placed in playpens, on top of tables (without a tablecloth), or secured to the wall. Children often pull on the tree, and the whole thing comes down. Ornaments should be placed above the level of the child's reach. Avoid using glass ornaments. Use care with strings of electric lights. Like many appliance cords, most strings of Christmas tree lights are coated with plastic that contains lead. Aside from the risk of electrical injury, children are also at risk of lead exposure. Be aware that some older artificial trees or trees made in China may contain unsafe levels of lead and may give off dust - spreading lead throughout the air.

  3. Stocking Hangers: Although decorative to hang stockings by hangers above the fireplace, these are especially dangerous for toddlers and young children. Many curious children have head injuries or facial injuries when they pull these heavy objects down on them while trying to get into the stockings.

  4. Foods: During holiday times, there are often bowls of goodies sitting around and easily accessible. Parents of children with food allergies, especially nut allergies, should be very aware of foods that are sitting out at family gatherings. Parents must also watch for foods that are choking hazards for small children.

  5. Candles: Children are often mesmerized by fire and candles. It is important to not place candles on tables with table cloths. It may be too tempting to pull the cloth and knock the candle over. Care should be taken to keep lit menorahs in safe places. One should never hold a lit candle while carrying a baby.

  6. Travel: Travel with toddlers is exhausting. Plan for plenty of extra time for stops. Stop frequently for bathroom breaks and to just stretch your legs. You need to remain rested so that you can drive safely. Take plenty of snacks for the car or airplane. Take toys that will keep your child entertained. Try to schedule naps into your visiting schedule - visiting becomes much more difficult when your child is overtired.

  7. Choking hazards: There are many choking hazards available to small children over the holidays. Gift packaging and toys with small parts are dangers. These could be from your child's gift or from an older child's gift. Everyone should be reminded to keep anything with small parts away from the baby. Batteries bought for new toys are especially dangerous. If you suspect that your child has swallowed a battery, you must seek help immediately.

  8. Child proofing: When visiting others, you must watch your small child carefully. Most homes without babies or toddlers will not be child proofed. Even if celebrating the holidays at home, visitors may forget to keep drawers or toilet seats latched - or may leave certain doors open that you typically close. Remind visitors of your child safety practices, and don't be surprised if they sometimes forget - check things often.

By following these holiday tips, you will be well on your way to having a happy and memorable holiday season. Children make the holidays all the more special and exciting, but they also make the planning a little more challenging.

Where to go



Somewhere that involves water or animals is the best rule of thumb.

Most children can spend hours in a swimming pool, and the promise of seeing animals, either in a zoo, on safari or at a sealife centre is an irresistible attraction.

If you are touring from place to place, try to book hotels with swimming pools - you can use this as a bribe for good behaviour in the car.

It is also unfair to expect your children to behave with utter decorum all the time. They need somewhere to run around and shriek.

This is why "family friendly" resorts are best for this age group, although you should be prepared to sacrifice any peace and quiet yourselves.

Long-haul flights can be stressful if you have two or more children, so the Mediterranean is often a popular solution, in particular France and Italy, where the people love children and will be happy to welcome them into almost any restaurant or hotel.

Language is an important factor here, too - if you have primary-school-age children, most will be learning French and will love trying out a few words.

Independence is important to older children, but it must be a safe independence, so choose a resort or hotel where they can wander about on their own in the company of their siblings or friends, but cannot get lost.

Walkie-talkies or mobile phones are a very good idea. Children of this age will prefer to have their own room, and it will give you more privacy, too.

And it's worth thinking about evening entertainment: they will want to stay up later, so what is there for them to do? A resort with a pre-teen disco or cinema will keep them happy while you have a peaceful meal on your own.

What to take



Children of this age will naturally want a say in what they want to take with them, but it is not advisable to let them pack their own suitcase, or you will end up with all kinds of surprising items.

Here are some tips:
  • The type of holiday you are planning influences what you should take. If it involves swimming, take at least three swimming costumes or trunks, so they have dry ones at all times
  • One comfort toy should be sufficient - not six
  • Allow for layering. Even though you may be going on a hot weather holiday, the evenings can be surprisingly cool
  • A torch for reading, if they are sharing a room with younger siblings
  • Books and story tapes, plus their own tape recorder. It may be bulky, but it will prove invaluable, especially on long journeys
  • A couple of favourite videos if you have access to a video player. Excellent for relaxing at the end of the day
  • Do not take pool inflatables with you. Buy them there, but remember that they're not recommended for the seaside - children can get swept away by the current
  • Don't buy new shoes just before a trip - they may rub
  • Wellingtons are a good idea, whatever the weather
  • Shoes for the beach, such as "jellies" - many injuries are caused by sharp objects hidden in the sand
  • One outfit per day per child should be enough, with two or three "smart" outfits for evening
  • Even though they are older, pre-moistened wipes are a must
  • It is rarely worth taking bikes with you, most resorts will hire them out
  • A sun-hat, whatever the age
  • Sunscreen - it no longer needs to be total sunblock, but you must guard against sunburn
  • Do not take any clothes that need hand-washing or dry-cleaning. Wool is not a good idea, because it is hot and itchy
  • Take more pants than you think you will need, unless you want to spend the whole holiday washing
  • One jumper and fleece is normally enough, unless you are going somewhere chilly
  • Take a light raincoat that folds away to nothing. You can always layer underneath for warmth
  • Insist on one pair of comfortable shoes, even if you have an 11-year-old girl who is adamant about taking platforms. Compromise with trainers
  • Let them each take a disposable camera - it will keep them occupied for hours
  • Say they can pack one small bag of toys. There is no point taking mountains of toys because in the excitement of a new place they will not play with them
  • Make sure you have a change of outfit for each child easily accessible in hand luggage on the plane. They are not too old to spill drinks all over themselves
  • Pocket money for the holiday. Give each child a set amount according to age, and explain why this is fair.
Make sure they have a safe place to put it, and do not complain when they buy tacky rubbish with it. It is their money.

Activity holidays for children aged four to 12



You must tailor the activities you are planning to the child.

Ask them what they want to do before you go: don't suddenly spring upon them that they are whitewater rafting when you get there.

They will be happiest taking part in activities with siblings or other children they know - it is very daunting, if character-building, to be put in a group with a lot of strangers. Give them a list of activities, and let them choose.

Make sure each activity is age-appropriate, and ask searching questions about the qualifications of supervising staff.

This is why holiday companies such as Mark Warner are a good bet, because they have English-speaking, qualified staff at their nine Mediterranean and Aegean resorts.

Activities you might consider for this age range include:
  • Snorkelling for younger children, scuba diving for those 10 and over
  • Horse riding, although preferably your child should have some prior experience. This is not the kind of sport you can pick up on the hoof, so to speak.
Most companies offering riding stipulate prior experience: not only can riding be risky, but your child will be very stiff and sore after an hour in the saddle if they've not done it before.
  • Sailing, especially dinghy sailing for children from six upwards
  • Wind-surfing, but remember that pulling up the sail is hard work - probably best for strong eight-year-olds and above
  • Water-skiing. Strangely, the younger the child, the more likely they are to be able to do this well - light children just pop up out of the water.
But they must be able to swim proficiently: most family travel organisations advise that children should be over seven before they try it.
  • Whitewater rafting is very exciting, but can also be dangerous - probably best if you accompany them for moral support, and they must be able to swim independently without aids
  • Canoeing is ideal for any age of confident swimmer, but the instructors must be qualified. It is not recommended for children under ten to canoe in the sea, as this is potentially far more hazardous
  • Tennis. Very safe, and a useful skill to learn for later years
  • Football is popular for all ages, for girls as well as boys
  • Adventure trekking, which basically means hiking or walking for hours at a time, is probably not advised for your younger children, who will get tired and fractious.
The upmarket tour operator Abercrombie and Kent has launched a family brochure, which includes an "Adventurer's Club" for this age group.

In safari, this will offer practical wilderness experience such as bush survival skills and learning about herding, and on the coast there will be snorkelling trips, scuba diving and exploring coral reefs.
  • Any adventure holiday described by the travel company as "challenging" is not a good idea. Most companies grade their treks, and will give age recommendations.
Take note of these, as you don't want to feel your putting your child in any kind of danger.

And bear in mind that walking is not usually a child's favourite activity, so if you do book a trek, make sure there is plenty to keep them interested along the way, such as looking out for different wildlife or birds.
  • This is the age of fun and theme parks, and then there's always Disney - either in Paris or the States.
Children of this age love to be thrilled: they're old enough to appreciate it but not so old to be "bored" by the Disney machine. And teenagers will probably enjoy it too, despite themselves!
  • Using different forms of transport is great fun. Rent bikes, take taxis, and try the local trains, trams or boats
  • Immerse them in the local culture, and whenever possible let them encounter local children of their own age. This will be most memorable for them
  • Above all, aim for a pleasant, satisfied tiredness at the end of the day. Tired children are sleepy children and will allow you to have some time on your own

Planning Tips


Most children loathe long car journeys, and will distract you endlessly with queries about: "When are we there..."

Where possible, plan destinations that have a short transfer time from the airport or the ferry.

If you do choose a touring holiday, make sure you are not in the car for more than three or four hours a day, and ensure you have lots of breaks in between: a sight-seeing holiday in a car is no holiday for children.

A "staying put" holiday can be the best option, because this will give them time to make friends (if they aren't going away with other children).

Aged four to 12 they can cope with hotter conditions and climate, and as long as they aren't unusually timid, will adore activities that test their skills, such as fishing trips, whitewater rafting, biking, horse riding and sailing.

A safari would be a memorable experience for a child of this age, combining a foreign culture with their love of animals.

If you are intending a cultural break, to Paris, for example, keep sight-seeing to a couple of days: the threshold before which they become bored of museums and busy city centres is very brief.

Combine it with a place they can run around and let off steam, such as Disneyland Paris. That way you both feed your souls - you with culture, history and monuments, they with Mickey Mouse.

Here are some helpful planning tips:

  • Involve children in the planning stage of the holiday. Talk about where you're thinking of going, what you will see and do and ask what they would like to do. It will double their anticipation!
  • Take into account the type of children you have. If you have timid, clingy children, do not book them into a full-time kids' club while you laze by the pool. What are their interests and hobbies?
  • Holidays at this age are all about compromise. If you want to relax by the pool while your partner wants to play golf and your children are mad on football and horse-riding, choose a resort which offers all four
  • Holiday companies such as Mark Warner or Club Med are excellent for this age group, because they offer an all-inclusive price combined with endless children's activities
  • You probably won't want to isolate yourself in a rural villa, unless you go with friends. The children will play in the pool, but will quickly get bored and want to go off and do something
  • Think carefully about your children's ages - a four-year-old has quite different needs to a ten-year-old.

If you choose a resort, it will need to cater for these differences - independence and challenge for the elder, safe yet fun activities for the younger.

  • Buy books and tapes about where you are going, and let your child look up the destination on a map or globe
  • School is a big part of children's lives at this age, so find out which projects or subjects they have been learning about, and build this interest into the holiday: if they've been studying the Romans, for example, and you're going to Italy or the Med, there's bound to be an ancient villa or temple nearby
  • If you promise to do something exciting, such as swimming with dolphins, try to make sure it happens. Promises are very important to children of this age, and failure to keep them will colour their entire holiday
  • Don't force your child to do something they don't want to do. If they are not confident swimmers, they will not enjoy whitewater rafting.

Similarly, it is not a sensible thing to introduce your children to an activity such as horse-riding on holiday. It is potentially scary, and might put them off for life.

March 6, 2007

Mengelola Liburan Anak


Oleh: Jacinta F. Rini
Jakarta, 23 Juni 2004

Setiap musim liburan tiba, kita sering melihat respon yang berbeda antara anak dengan orang tua. Anak-anak dengan gembira dan semangatnya menyambut liburan mereka, sedangkan orang tua malah pusing dan bingung karena mereka harus memikirkan aktivitas apa saja yang dapat mengisi liburan, sehingga kegiatan anak tetap terarah dan berkualitas. Kepusingan orang tua sering dialami oleh para orang tua yang bekerja, karena mereka tidak bisa sewaktu-waktu mengambil cuti dari kantor. Tuntutan pekerjaan membuat mereka tidak mudah meninggalkan tanggung jawab setengah jalan untuk urusan “liburan”. Idealnya, antara orang tua dan anak, ada perencanaan yang baik dalam menentukan waktu “liburan bersama keluarga” sehingga tidak perlu ada yang mengorbankan kepentingan atau tanggung jawab. Namun, sudah tentu waktu libur anak yang relatif panjang sekali jika dibandingkan dengan libur orang kerja, tidak akan pernah dengan orang tuanya.

Bagaimana mengelola kegiatan terutama pada waktu orang tua tidak bisa extending waktu libur mereka bersama anak?

Liburan Murah Meriah

Bisa dimengerti, bahwa dalam kesibukan para orang tua, dari pagi hingga malam, bekerja penuh waktu, segenap energi, pikiran dan ide-ide kita sering buntu – tidak lagi bisa memikirkan hal-hal lain selain dari pekerjaan hari ini dan pekerjaan esok hari yang sudah in-advance dipikirkan malam sebelumnya. Dalam keadaan seperti itu, kita para orang tua sering lupa, bahwa kita pun dulu pernah kecil, pernah melewati masa kanak-kanak yang amat sangat jauh berbeda dengan masa kanak-kanak anak-anak kita sekarang ini. Dulu, kita tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang amat sangat jauh lebih sederhana, tanpa kekurangan “media” bermain dan fasilitas permainan. Ada saja ruang dan bahan-bahan yang bisa kita jadikan permainan tanpa harus membayar mahal-mahal dan tanpa harus mengeluarkan biaya transportasi yang mahal. Halaman belakang rumah, halaman tetangga, kebun nenek kakek atau pun, parit kecil di depan rumah – sering dipakai bermain, terutama di kala hujan.

Tidak bisa dipungkiri, jaman sudah berubah, tuntutan kian mengejar dan usia semakin menua, membuat kita para orang tua lupa bagaimana kita dulu mengelola liburan kita, tanpa harus selalu mengikutsertakan orang tua. Artikel kali ini, bertujuan untuk sekedar mengingatkan dan memberi alternatif – bagaimana cara mengisi liburan anak, tanpa harus bepergian jauh, apalagi dengan mengeluarkan biaya yang besar. Sebab, tidak semua keluarga mampu memiliki biaya atau budget yang memungkinkan untuk “liburan”...Kita bisa membuat liburan tetap menjadi moment istimewa, meskipun dengan biaya ringan atau pun bahkan tanpa biaya. Bagaimana menyiasatinya?

Liburan ilmiah

Liburan ilmiah yang dimaksud di sini, adalah liburan sambil menimba ilmu. Bagaimana caranya supaya tidak bosan dan “menyebalkan”? Kita bisa membawa anak-anak berjalan-jalan ke musium yang ada di dekat tempat tinggal kita, entah musium zoologi yang ada di kota Bogor, Kebun Raya Bogor, musium geologi di Bandung, BOSCHA (tempat teropong bintang) di Lembang atau pun yang ada di seputar Taman Ismail Marzuki. Di Jakarta ada musium ABRI (Satria Mandala), di Yogyakarta ada musium sekaligus monumen perjuangan Yogya Kembali. Dan, masih banyak musium yang tersebar di seluruh Indonesia. Dengan membawa mereka ke musium, mereka belajar banyak tentang sejarah masa lalu, entah sejarah kehidupan manusia, kehidupan tumbuhan dan hewan, serta alam semesta. Biaya masuk ke musium relatif sangat murah ketimbang “shopping” di Mall.

Mengisi liburan ilmiah, tidak hanya dengan pergi ke musium; pergi ke pasar pun bisa menjadi ajang liburan ilmiah. Kalau kita tidak di”ganggu” oleh kekhawatiran kita yang sering kelewat batas kalau membawa anak ke pasar (takut becek, takut kotor, takut lelah, takut sakit, dsb) yang sesungguhnya sering ditunggangi oleh ke-egoisan kita (tidak mau repot bawa anak ke pasar). Di pasar, banyak sekali komoditas yang dijual dan ditampilkan dalam “etalase” terbuka. Ada bawang merah, cabe, sayur mayur, bumbu dapur, alat memasak, dsb. Pasar adalah pusat informasi yang menyimpan “data base” amat besar. Ribuan variable yang dapat kita temukan di pasar dan masing-masing “variabel” dapat kita jelaskan pada anak. Misalnya, kita tunjukkan pada anak, yang manakah bawang merah dan manakah bawang putih, bagaimana mereka tumbuh, mengapa kita perlu bawang merah, mengapa kita perlu bawang putih, apa kegunaan dan manfaatnya, dsb. Atau, mana kah yang namanya ikan mujair dengan ikan tongkol, cumi-cumi dan kepiting (dalam wujud yang utuh, bukan lagi dalam bentuk transformasi yang sudah tersaji di meja makan). Kalau informasi itu dikumpulkan, maka tidak cukup 12 ensiklopedi untuk menjelaskan semuanya. Kita bisa menjelaskan segala sesuatu secara panjang lebar di rumah, setelah kita menunjukkan pada anak benda-bendanya. Dan, pasti lebih menyenangkan jika anak melihat secara langsung “tumpukan” komiditas di pasar. Bagi anak-anak yang perkembangan intelektualnya masih membutuhkan benda-benda kongkrit untuk menunjang pengertian mereka, “study tour” adalah moment yang penting.

Liburan kreatif & innovatif

Kita bisa mengarahkan dan membangkitkan kreativitas anak dengan menstimulasi imajinasi mereka. Pada dasarnya, anak-anak itu sangat kreatif dan heavy-loaded by energy. Kita (atau pengasuh, atau siapapun yang bisa kita percaya) bisa bawa mereka ke tempat art & craft center atau pun science club untuk anak-anak, dengan biaya relatif murah. Di sana, mereka akan disajikan banyak sekali hal-hal yang belum mereka ketahui, percobaan-percobaan ilmiah atau pun teknik-teknik seni yang akan menghasilkan karya yang membuat mereka bangga akan diri sendiri. Memang, kita tidak selamanya bisa membawa mereka ke tempat-tempat tersebut. Kita pun bisa menciptakan liburan kreatif dan innovatif di rumah. Kalau kita tidak punya ide sama sekali tentang apa dan bagaiamana, kita bisa membeli buku yang menjabarkan tentang berbagai percobaan menarik yang dapat dilakukan sendiri di rumah. Mulai dari percobaan unsur (yang sederhana saja, misalnya minyak dengan air), percobaan warna (memadukan warna) sampai dengan mencoba membuat sesuatu/constructing things – dari benda-benda yang ada di rumah, misalnya: kardus, karton tebal, tripleks bekas, koran bekas, akuarium bekas, stoples beling kosong, dsb yang bisa digunakan menjadi media atau pun alat eksperimentasi atau konstruksi. Nah, di sinilah peran ayah sangat penting untuk menemani dan men-supervisi anak laki-laki. Dan, peran ibu untuk mau “menyulap” benda-benda yang ada di rumah, menjadi bahan baku yang potensial untuk menciptakan sesuatu.

Di masa liburan ini pula, anak-anak bisa kita perkenalkan dengan kegiatan “baru”, misalnya : belajar memasak (membuat kue, dsb), belajar menjahit, menyulam, menari (kalau yang ini, mungkin harus kursus atau jadi anggota sanggar), menukang, atau bertanam (tidak mesti harus punya halaman luas, karena bisa dengan menggunakan polybag (kantong khusus untuk menanam bibit) atau pot kecil. Jangan cemaskan hal-hal yang insignifikan, misalnya “bagaimana kalau anakku capek, bagaimana kalau rumah kotor, bagaimana kalau kaki kena tanah, bagaimana kalau bajunya basah, bagaimana kalau halaman jadi becek” dsb... Kalau kita mau jujur, bukankah semua kekhawatiran itu disebabkan karena kita tidak mau repot-repot atau capek-capek membereskan “perabotan” atau pun membersihkan kotoran? Nah, sebenarnya kita bisa sekalian mengajarkan pada anak kita, bagaimana mengerjakan segala sesuatu dengan rapi. Kita pun bisa sekalian mengajarkan pada anak kita “tanggung jawab”, artinya, kalau sudah selesai mengerjakan, kita pun harus membereskannya kembali. Hati-hati, kekuatiran kita para orang tua, bisa menghalangi anak “mengenyam, mempelajari dan menginternalisasi” nilai-nilai luhur budi pekerti, seperti : tanggung jawab, kreativitas, konsekuensi (sebab akibat), kebanggaan yang positif pada diri sendiri (atas dasar kemampuan diri yang riil – bukan numpang kekuatan dan kejayaan orang tua), ketekunan, persistensi, konsentrasi, koordinasi (baik koordinasi tangan, pikiran dan perasaan – dengan koordinasi dengan pihak lain) serta satu hal yang nilainya tidak kalah tinggi, yakni: membentuk tangga identitas diri. Setiap aktivitas, merupakan sebuah ekspresi diri sekaligus konfirmasi akan kemampuan dirinya. Kalau anak merasa “mampu” dan berhasil mengatasi tantangan yang satu, maka dalam dirinya tertanam rasa percaya diri untuk melakukan eksplorasi demi eksplorasi ke bidang-bidang lainnya.

Liburan empatik & sosial

Ada lagi jenis kegiatan yang relatif murah untuk mengisi liburan anak dengan nilai yang tinggi. Kita bisa membawa anak-anak, pergi ke panti asuhan untuk melihat teman-teman mereka yang hidup di panti asuhan. Dengan begitu, anak-anak akan melihat bahwa di dalam hidup ini, ada banyak hal yang belum mereka ketahui, bahwa ada banyak anak-anak yang menjalani hidup sangat berbeda dari anak-anak kita – dan ternyata, banyak juga yang meskipun hidup susah, tapi tetap bahagia, tahu bersyukur, tidak cerewet, tidak mengeluh dan bahkan punya semangat belajar dan semangat juang yang tinggi. Selain ke panti asuhan, kita juga bisa ajak anak-anak ke panti jompo. Di sana, kita bisa membuka pengertian anak dan menanamkan nilai moral, bahwa setiap orang akan menjadi tua, dan meskipun tua, mereka tetap membutuhkan perhatian dan kasih sayang, terutama setelah apa yang mereka berikan pada anak-anak selama ini. Kesempatan ini, dapat bermanfaat untuk menanamkan kebijaksanaan pada anak, akan pentingnya “orangtua” untuk anak-anaknya. Sebenarnya, dengan mengajak anak kita ke dua tempat: panti asuhan dan panti jompo, kita sekaligus menyampaikan sebuah fakta : bahwa setiap orang di dalam hidup ini saling membutuhkan dan saling memberikan. Tiadanya perhatian dan cinta, dapat membuat hidup menjadi sulit dan tidak bahagia; tapi, perhatian hanya dalam bentuk hadiah, barang, dan bentuk-bentuk materi lainnya – ternyata tidak dapat membuat orang benar-benar bahagia.


Liburan petualangan

Liburan petualangan, biasanya diasosiasikan dengan biaya yang mahal dan perjalanan yang jauh. Sebenarnya tidak harus demikian, karena di setiap tempat, disetiap kota, pasti punya sisi terpencil yang amat menarik untuk dijadikan ajang petualangan. Coba jika Anda ingat ketika masih kecil dahulu, bukankah mengejar layangan putus sambil menelusuri sungai kecil – sudah menjadi pengalaman yang luar biasa? Mungkin, saat ini sungai kecil itu sudah tidak ada lagi – tidaklah masalah. Kita bisa mengajak anak-anak, pergi berjalan-jalan ke perkebunan teh, ke kebun raya, ke kebun binatang, ke gua, ke sawah, ke pemancingan (di daerah Cibinong, ada sebuah pemancingan besar untuk umum, sekaligus tempat camping dan planting, ke gunung, ke mata air panas, ke air terjun atau ke peternakan (di daerah lingkar Jakarta Selatan, ada semacam istal kuda yang terbuka untuk umum). Sebenarnya, semua tempat itu possible, selama kita para orang tua, willing to go out of the box, get out from the bed and comfort zone, dan doing extra effort to have advanture.

Kendalanya, sesungguhnya lebih terletak pada diri kita sebagai orang tua. Kita memang sering terbentur waktu, dan kesempatan – tapi, kalau kita ingin jujur, sesungguhnya yang menghambat seringkali, adalah diri kita yang sepertinya “sudah terlalu lelah untuk melakukan apapun kecuali tidur atau sekedar jalan-jalan ke mall”. Padahal, kalau kita mau mencoba keluar dari lingkaran kehidupan dan kegiatan yang membuat energi kita terperangkap di dalam lingkaran itu, maka kita para orang tua yang sudah pada kelelahan, kita bisa men-
charge kembali battery energy yang sudah low. Asalkan, selama bepergian, kita tidak membawa serta semua idealisme dan konsep-konsep “berlibur yang ideal, anak yang baik, orang tua yang sempurna, dsb” yang hanya akan membebani mental kita sendiri. Biarkan semua orang bisa mengekspresikan minat, emosi dan ide-idenya – justru karena ada media yang tepat untuk menyalurkannya. O ya, suasana petualangan, tidak harus artinya kita pergi jauh dari rumah. Jika kita, atau salah satu famili memiliki rumah dengan halaman yang cukup luas, maka kita bisa mendirikan tenda di halaman itu, dan membiarkan anak-anak “camping” di tenda. Tentu moment ini menjadi moment yang mengasikkan, apalagi jika anak-anak kita bergabung dengan para sepupunya.

Liburan super-aktif

Mengingat anak-anak adalah pribadi yang paling aktif, maka kita pun bisa mengarahkan dan menyalurkan energinya, pada kegiatan yang mengasikan. Jikalau pergi ke pantai untuk berenang dan main pasir atau mengumpulkan kerang – terlalu sulit untuk dilakukan, atau terlalu jauh untuk dijalani, maka kita bisa mengajak anak-anak pergi ke lapangan bola terdekat, untuk “bertanding sepak bola”, atau pergi ke kolam renang terdekat, untuk adu renang; atau, membantu ayah men-cat tembok rumah, mencuci mobil, menjadi “asisten” ketika ayah membetulkan mobil atau motor, bersepeda di dalam kompleks, atau, bermain layangan! Coba kita ingat-ingat, betapa menyenangkannya “hanya” dengan main layang-layang atau main sepeda. Problemnya bagi kita para orang tua : maukah kita meluangkan waktu untuk anak kita? Maukah kita mengatasi dan mengalahkan ke-engganan diri (mungkin kita lebih senang nonton TV dan sinetron di rumah ketimbang panas-panasan di bawah terik matahari, atau berkutat pada komputer di ruang kerja karena pikiran tidak bisa lepas dari pekerjaan) ?

Nah, dari semua alternatif di atas, tampaknya tidak terlalu sulit untuk direalisasikan. Namun, apapun kegiatan yang akan dihadapi dan dijalani, kendalanya biasanya ada di kita, para orang tua : maukah kita keluar dari comfort zone – mengusahakan dan melakukan sesuatu “diluar kebiasaan”. Selain itu, ada pula tantangan untuk kita para orang tua, yang datangnya justru dari anak-anak kita sendiri. Seringkali, pola hidup dan kebiasaan “keluarga” selama ini, yang di dominasi oleh kegiatan shopping ke mall, nonton TV, main computer game, atau chatting on line, membuat anak-anak enggan untuk pergi ke tempat-tempat di luar shopping mall atau pun untuk melakukan kegiatan yang sifatnya produktif. Mereka cenderung lebih senang nonton TV, main computer game, atau kalau mau liburan – ya benar-benar harus pergi ke suatu tempat yang jauh, misalnya ke Bali atau ke tempat lain yang mewah. Sebab – tidak selalu finansial keluarga, men-support keinginan anak – bahkan keinginan kita sendiri untuk menikmati “liburan” yang menyenangkan.

Tanpa harus mengeluarkan dana yang besar, kita selayaknya dapat mencari dan menemukan kebahagiaan dari kegiatan yang sederhana, namun tidak kalah nilainya. Bagaimana pun juga, kebahagiaan itu tidak diukur dari besar kecilnya uang yang kita miliki, bukan ?